“Jika ingin berhasil,
lewatilah jalan lain dengan tujuan serupa.” Anonim.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesadaran akan perlunya
sosok pemimpin masa depan1 sudah meningkat. Banyak pihak berusaha
membentuk pemimpin masa depan melalui berbagai cara. Akan tetapi, cara-cara yang
digunakan cenderung sama. Tentu saja hal ini akan menghasilkan pemimpin yang sama
pula. Hal ini sebenarnya sudah baik. Akan tetapi, akan lebih baik lagi jika pemimpin
yang dihasilkan nantinya berbeda karena sesuatu yang berbedalah yang terlihat
ketika disejajarkan di antara yang sama.
Membentuk pemimpin masa depan yang berbeda sangat
sulit jika dilakukan dengan metode umum. Maka dari itu, diperlukan sebuah
metode baru. Pencarian metode baru dapat dilakukan dengan memandang masalah
dari sudut pandang berbeda sehingga akan menghasilkan pemikiran baru. Pemikiran
inilah yang nantinya akan berkembang menjadi sebuah metode baru. Lalu, metode
tersebut tinggal diaplikasikan karena mungkin saja metode tersebut akan membawa
perubahan besar ke depannya. Jadi, ayo berpikir out of the box!
Kita adalah Pembangkang
Membentuk pemimpin berarti membentuk manusia. Agar
proses pembentukannya efisien, objek atau manusia itu sendiri perlu dikaji
karakteristiknya, terutama karakteristik yang berhubungan dengan
kepemimpinan. Dengan mengetahui karakteristik objek, cara pembentukan dapat
disesuaikan situasi dan kondisi lingkungan sehingga menciptakan pemimpin masa
depan yang berbeda.
Terdapat sebuah sifat manusia yang tidak disadari
oleh banyak orang yang sangat berperan dalam hal ini. Membangkang. Banyak pihak
berdebat mengapa manusia (seolah-olah) senang membangkang. Akan tetapi, kali
ini tidak akan dicari pendapat mana yang paling benar. Melainkan, akan lebih ditekankan
tentang bagaimana hal tersebut dapat menjadi katalis untuk menghasilkan
pemimpin masa depan.
Coba perhatikan fase awal manusia. Anak-anak. Seringkali
ketika mereka diperingati untuk tidak melakukan sesuatu, mereka justru
melakukannya. Contoh sederhana adalah ketika mereka sedang memakan masakan
pedas yang sangat mereka gemari. Walau sudah diperingati, sangat sulit untuk
membuat mereka berhenti. Hanya ketika mereka muntah dan sakit perut mereka akan
berhenti. Beberapa anak bahkan mengulanginya lagi di lain kesempatan.
Sayangnya, kejadian tadi terjadi juga pada fase
remaja dan dewasa. Pada remaja, hal yang paling kentara adalah pergaulan bebas.
Sudah tak terhitung jumlah pihak yang menasihati kamu remaja agar tidak
terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Akan tetapi, sebagian remaja justru tidak
memedulikannya. Padahal, hamper semua remaja tahu bahwa pergaulan bebas dapat
meningkatkan risiko terjangkit PMS (Penyakit Menular Seksual), kecanduan rokok
dan alkohol, narkoba, dan beberapa habit
buruk lain. Namun, tetap saja banyak remaja yang terjerumus ke dalam hal
tersebut dan mengalami dampak negatif yang sudah mereka ketahui.
Dengan menganggap remaja dan anak-anak adalah fase
ketika manusia belum dewasa (belum matang), seharusnya dewasa merupakan fase
yang memiliki sedikit sekali pembangkangan. Tapi, fakta menunjukkan bahwa orang
dewasa juga membangkang. Coba bayangkan tentang rokok atau kriminalitas dan
hubungkan dengan manusia dewasa. Sudah berbagai upaya dilakukan untuk mencegah
penyelewengan ini. Peringatan tertulis, wacana dan seminar, rehabilitasi, hukuman
berat, merupakan beberapa upaya tersebut. Sejalan denngan itu, hampir semua
orang mengetahui rokok dan kriminalitas berbahaya. Akan tetapi, jumlah perokok dan
kriminalitas tetap tinggi. Bahkan, beberapa perokok yang sudah sembuh dari
penyakit kronis -akibat merokok- justru kembali merokok dan banyak napi (narapidana)
masuk penjara lagi setelah mengulangi aksinya. Sungguh pembangkangan yang
sangat dilematis. Entah mengapa membangkang seolah-olah sesuatu yang harus dilakukan
oleh beberapa orang (mungkin sebagian besar orang).
Pemikiran
Sederhana yang Berguna
Ketika mengetahui bahwa manusia (anak-anak, remaja,
dewasa) melakukan sesuatu yang dilarang, maka dapat dibuat logika berpikir
sederhana sebagai berikut.
“Dengan melarang manusia itu sendiri untuk menjadi
pemimpin masa depan maka mereka justru akan menjadi seperti apa yang kita
larang, menjadi pemimpin masa depan.”
Mungkin pemikiran di atas terdengar aneh. Akan
tetapi, jika dicocokkan dengan karakteristik manusia, hal ini merupakan sesuatu
yang tidak dapat dipandang sebelah mata.
Larangan yang dimaksud dalam hal ini adalah larangan
sederhana dan sangat jauh dari kekerasan atau pengekangan berlebih. Contoh dari
larangan yang dimaksud dapat dengan membuat poster, karangan argumentasi, film
pendek, lagu, dan beberapa hal lain yang menyarankan orang-orang agar jangan
menjadi pemimpin masa depan. Sekali lagi, sifatnya tidak memaksa akan tetapi
sekadar memeringati agar tidak menjadi pemimpin masa depan.
Kegiatan ini tidak akan mendapat tindak pidana dikarenakan
telah sejalan dengan UUD 1945 pasal 28 yang membebaskan masyarakat mengutarakan
pendapat, berserikat dan berkumpul. Jadi, tidak perlu takut untuk mengaplikasikan
pemikiran sederhana yang berguna ini. Jika ada pihak yang tidak setuju itu
merupakan hal yang wajar dan dapat dianggap sebagai perbedaan pendapat yang
patut dihargai.
Melarang menjadi pemimpin dalam hal ini hal ini juga
bukan berarti tidak setuju dengan pihak-pihak yang membentuk pemimpin secara
frontal. Cara ini hanyalah jalan lain yang dapat ditempuh untuk tujuan yang
sama, membentuk pemimpin masa depan. Cara seperti ini sangat sesuai dilakukan
oleh orang yang tidak memiliki material yang berlimpah, akan tetapi ingin
berkontribusi untuk mewujudkan visi We
Are The Future Leader; saat kita menjadi pemimpin masa depan. Tentu saja
cara ini tidak akan membentuk pemimpin dengan cepat
Logikanya
Ada beberapa pemikiran logis yang dapat mendukung
inovasi sederhana ini agar dilakukan.
Tentu saja akan ada banyak pihak yang justru
mengikuti nasihat untuk tidak ingin menjadi pemimpin masa depan. Tidak perlu
khawatir. Hal ini bisa dianggap sebagai seleksi tahap awal karena sangat kecil
kemungkinan semua orang akan menjadi pemimpin masa depan2. Seleksi
dengan tipe seperti ini tergolong sangat ampuh. Pihak yang diseleksi tidak
sepenuhnya sadar bahwa dirinya sedang menjalani proses seleksi. Pihak yang
menurut -untuk tidak menjadi pemimpin- akan gugur. Sedangkan, pihak yang
membangkang akan masuk ke tahap selanjutnya secara tidak langsung. Sebagai
calon pemimpin masa depan, tindakan membangkang tidak sepenuhnya keliru. Membangkang
positif merupakan salah satu sifat
yang layak dimiliki seornag pemimpin masa depan. Seorang pemimpin masa depan
harus memiliki idealisme tersendiri. Pemimpin masa depan tidak sepenuhnya
tunduk kepada perintah (dalam hal ini perintah untuk tidak menjadi pemimpin). Selain
itu, membangkang juga merupakan wujud dari keberanian untuk memertahankan
idealisme sendiri dan menerapkannya.
Di sisi lain, beberapa pihak mungkin akan merasa
direndahkan mendengar imbauan untuk tidak menjadi pemimpin. Mereka akan
berusaha membuktikan diri dengan jalan menjadi pemimpin masa depan. Mungkin
awalnya iseng, coba-coba, atau hanya untuk mencari perhatian. Lalu menjadi
ketagihan dan bisa, seperti kata pepatah ‘Alah bisa karena biasa’. Hal ini
memiliki kemungkinan paling besar terjadi pada anak-anak dan remaja karena pada
fase ini manusia memiliki kecenderungan besar untuk mencoba sesuatu yang baru.
Ketika dilarang, mereka akan mencari tahu dan mencoba-coba. Ketika mereka
ketagihan, maka mereka akan masuk pada tahap selanjutnya.
Tahap selanjutnya yang dimaksud merupakan tahap yang
lebih mengedepankan kata hati dan jati diri. Akan ada banyak orang yang
menyadari bahwa memimpin bukanlah pilihan hidupnya. Atau, sifat dasarnya tidak
cocok untuk memimpin. Maka, orang-orang seperti ini akan tersingkir secara tidak
langsung. Sedangkan, orang-orang yang merasa nyaman untuk menjadi pemimpin, dengan
mengabaikan risiko besar dan kerugiannya, akan berkembang menjadi pemimpin yang
semakin baik.
Pemimpin yang terbentuk3 dari cara ini tidak
akan banyak dan cenderung berbeda (outstanding).
Natural adalah sifat pembeda pertama. Tidak ada kepemimpinan yang terlalu dibuat-buat
(akting) karena memimpin seakan akan menyatu dengan dirinya. Kedua, pemimpin
ini mencintai pekerjaannya karena memilih dengan tulus untuk menjadi pemimpin. Ketika
seseorang mencintai pekerjaannya maka tidak ada kata bosan yang akan tercipta. Ketiga,
pemimpin ini sudah biasa terjun ke masyarakat, mengenal medan yang akan
dihadapi, karena terbentuk tanpa paksaan di masyarakat itu sendiri. Jadi
pemimpin ini akan terbiasa dengan tantangan, mencintai apa yang dilakukan, dan
tidak perlu berakting. Lalu apa yang kurang?
Hanya satu hal yang kurang, yaitu selesaikan membaca
tulisan ini dan Katakan; ‘Jangan Menjadi Pemimpin!’
1Menurut penulis, semua orang kelak akan menjadi
pemimpin. Akan tetapi hal yang membedakannnya adalah tanggung jawab yang
diemban. Seorang pemimpin yang mampu mengemban banyak tanggung jawab dengan
seseimbang mungkin dan mampu menjawab tantangan masa depanlah yang dimaksud
pemimpin masa depan (future leader) dalam tulisan ini.
2 Walaupun penulis berpendapat bahwa sangat kecil
kemungkinannya semua orang akan menjadi pemimpin masa depan, akan tetapi tema We Are The Future Leader dalam lomba ini
adalah sebuah visi yang harus tetap diusahakan.
3Makna awalan ter- dalam suatu kata biasanya bermakna
tidak sengaja. Contoh, saya terjatuh karena tidak hati-hati sewaktu berjalan.
Kalimat ini memiliki arti bahwa dia tidak sengaja terjatuh karena tidak
berhati-hati ketika berjalan.
you always put a great things in your writing gus, It's Excelent XD
BalasHapus(sakewaleragesingjebesnuningapeanekaogaeene) :D
wait for your next post. if it is possible :D