Labels

Jumat, 28 Maret 2014

Katakan; ‘Jangan Menjadi Pemimpin!’

“Jika ingin berhasil, lewatilah jalan lain dengan tujuan serupa.” Anonim.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesadaran akan perlunya sosok pemimpin masa depan1 sudah meningkat. Banyak pihak berusaha membentuk pemimpin masa depan melalui berbagai cara. Akan tetapi, cara-cara yang digunakan cenderung sama. Tentu saja hal ini akan menghasilkan pemimpin yang sama pula. Hal ini sebenarnya sudah baik. Akan tetapi, akan lebih baik lagi jika pemimpin yang dihasilkan nantinya berbeda karena sesuatu yang berbedalah yang terlihat ketika disejajarkan di antara yang sama.


Membentuk pemimpin masa depan yang berbeda sangat sulit jika dilakukan dengan metode umum. Maka dari itu, diperlukan sebuah metode baru. Pencarian metode baru dapat dilakukan dengan memandang masalah dari sudut pandang berbeda sehingga akan menghasilkan pemikiran baru. Pemikiran inilah yang nantinya akan berkembang menjadi sebuah metode baru. Lalu, metode tersebut tinggal diaplikasikan karena mungkin saja metode tersebut akan membawa perubahan besar ke depannya. Jadi, ayo berpikir out of the box!

Kita adalah Pembangkang
Membentuk pemimpin berarti membentuk manusia. Agar proses pembentukannya efisien, objek atau manusia itu sendiri perlu dikaji karakteristiknya, terutama karakteristik yang berhubungan dengan kepemimpinan. Dengan mengetahui karakteristik objek, cara pembentukan dapat disesuaikan situasi dan kondisi lingkungan sehingga menciptakan pemimpin masa depan yang berbeda.

Terdapat sebuah sifat manusia yang tidak disadari oleh banyak orang yang sangat berperan dalam hal ini. Membangkang. Banyak pihak berdebat mengapa manusia (seolah-olah) senang membangkang. Akan tetapi, kali ini tidak akan dicari pendapat mana yang paling benar. Melainkan, akan lebih ditekankan tentang bagaimana hal tersebut dapat menjadi katalis untuk menghasilkan pemimpin masa depan.

Coba perhatikan fase awal manusia. Anak-anak. Seringkali ketika mereka diperingati untuk tidak melakukan sesuatu, mereka justru melakukannya. Contoh sederhana adalah ketika mereka sedang memakan masakan pedas yang sangat mereka gemari. Walau sudah diperingati, sangat sulit untuk membuat mereka berhenti. Hanya ketika mereka muntah dan sakit perut mereka akan berhenti. Beberapa anak bahkan mengulanginya lagi di lain kesempatan.

Sayangnya, kejadian tadi terjadi juga pada fase remaja dan dewasa. Pada remaja, hal yang paling kentara adalah pergaulan bebas. Sudah tak terhitung jumlah pihak yang menasihati kamu remaja agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Akan tetapi, sebagian remaja justru tidak memedulikannya. Padahal, hamper semua remaja tahu bahwa pergaulan bebas dapat meningkatkan risiko terjangkit PMS (Penyakit Menular Seksual), kecanduan rokok dan alkohol, narkoba, dan beberapa habit buruk lain. Namun, tetap saja banyak remaja yang terjerumus ke dalam hal tersebut dan mengalami dampak negatif yang sudah mereka ketahui.

Dengan menganggap remaja dan anak-anak adalah fase ketika manusia belum dewasa (belum matang), seharusnya dewasa merupakan fase yang memiliki sedikit sekali pembangkangan. Tapi, fakta menunjukkan bahwa orang dewasa juga membangkang. Coba bayangkan tentang rokok atau kriminalitas dan hubungkan dengan manusia dewasa. Sudah berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyelewengan ini. Peringatan tertulis, wacana dan seminar, rehabilitasi, hukuman berat, merupakan beberapa upaya tersebut. Sejalan denngan itu, hampir semua orang mengetahui rokok dan kriminalitas berbahaya. Akan tetapi, jumlah perokok dan kriminalitas tetap tinggi. Bahkan, beberapa perokok yang sudah sembuh dari penyakit kronis -akibat merokok- justru kembali merokok dan banyak napi (narapidana) masuk penjara lagi setelah mengulangi aksinya. Sungguh pembangkangan yang sangat dilematis. Entah mengapa membangkang seolah-olah sesuatu yang harus dilakukan oleh beberapa orang (mungkin sebagian besar orang).

Pemikiran Sederhana yang Berguna
Ketika mengetahui bahwa manusia (anak-anak, remaja, dewasa) melakukan sesuatu yang dilarang, maka dapat dibuat logika berpikir sederhana sebagai berikut.

“Dengan melarang manusia itu sendiri untuk menjadi pemimpin masa depan maka mereka justru akan menjadi seperti apa yang kita larang, menjadi pemimpin masa depan.”

Mungkin pemikiran di atas terdengar aneh. Akan tetapi, jika dicocokkan dengan karakteristik manusia, hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipandang sebelah mata.

Larangan yang dimaksud dalam hal ini adalah larangan sederhana dan sangat jauh dari kekerasan atau pengekangan berlebih. Contoh dari larangan yang dimaksud dapat dengan membuat poster, karangan argumentasi, film pendek, lagu, dan beberapa hal lain yang menyarankan orang-orang agar jangan menjadi pemimpin masa depan. Sekali lagi, sifatnya tidak memaksa akan tetapi sekadar memeringati agar tidak menjadi pemimpin masa depan.

Kegiatan ini tidak akan mendapat tindak pidana dikarenakan telah sejalan dengan UUD 1945 pasal 28 yang membebaskan masyarakat mengutarakan pendapat, berserikat dan berkumpul. Jadi, tidak perlu takut untuk mengaplikasikan pemikiran sederhana yang berguna ini. Jika ada pihak yang tidak setuju itu merupakan hal yang wajar dan dapat dianggap sebagai perbedaan pendapat yang patut dihargai.

Melarang menjadi pemimpin dalam hal ini hal ini juga bukan berarti tidak setuju dengan pihak-pihak yang membentuk pemimpin secara frontal. Cara ini hanyalah jalan lain yang dapat ditempuh untuk tujuan yang sama, membentuk pemimpin masa depan. Cara seperti ini sangat sesuai dilakukan oleh orang yang tidak memiliki material yang berlimpah, akan tetapi ingin berkontribusi untuk mewujudkan visi We Are The Future Leader; saat kita menjadi pemimpin masa depan. Tentu saja cara ini tidak akan membentuk pemimpin dengan cepat

Logikanya
Ada beberapa pemikiran logis yang dapat mendukung inovasi sederhana ini agar dilakukan.

Tentu saja akan ada banyak pihak yang justru mengikuti nasihat untuk tidak ingin menjadi pemimpin masa depan. Tidak perlu khawatir. Hal ini bisa dianggap sebagai seleksi tahap awal karena sangat kecil kemungkinan semua orang akan menjadi pemimpin masa depan2. Seleksi dengan tipe seperti ini tergolong sangat ampuh. Pihak yang diseleksi tidak sepenuhnya sadar bahwa dirinya sedang menjalani proses seleksi. Pihak yang menurut -untuk tidak menjadi pemimpin- akan gugur. Sedangkan, pihak yang membangkang akan masuk ke tahap selanjutnya secara tidak langsung. Sebagai calon pemimpin masa depan, tindakan membangkang tidak sepenuhnya keliru. Membangkang positif merupakan salah satu sifat yang layak dimiliki seornag pemimpin masa depan. Seorang pemimpin masa depan harus memiliki idealisme tersendiri. Pemimpin masa depan tidak sepenuhnya tunduk kepada perintah (dalam hal ini perintah untuk tidak menjadi pemimpin). Selain itu, membangkang juga merupakan wujud dari keberanian untuk memertahankan idealisme sendiri dan menerapkannya.

Di sisi lain, beberapa pihak mungkin akan merasa direndahkan mendengar imbauan untuk tidak menjadi pemimpin. Mereka akan berusaha membuktikan diri dengan jalan menjadi pemimpin masa depan. Mungkin awalnya iseng, coba-coba, atau hanya untuk mencari perhatian. Lalu menjadi ketagihan dan bisa, seperti kata pepatah ‘Alah bisa karena biasa’. Hal ini memiliki kemungkinan paling besar terjadi pada anak-anak dan remaja karena pada fase ini manusia memiliki kecenderungan besar untuk mencoba sesuatu yang baru. Ketika dilarang, mereka akan mencari tahu dan mencoba-coba. Ketika mereka ketagihan, maka mereka akan masuk pada tahap selanjutnya.

Tahap selanjutnya yang dimaksud merupakan tahap yang lebih mengedepankan kata hati dan jati diri. Akan ada banyak orang yang menyadari bahwa memimpin bukanlah pilihan hidupnya. Atau, sifat dasarnya tidak cocok untuk memimpin. Maka, orang-orang seperti ini akan tersingkir secara tidak langsung. Sedangkan, orang-orang yang merasa nyaman untuk menjadi pemimpin, dengan mengabaikan risiko besar dan kerugiannya, akan berkembang menjadi pemimpin yang semakin baik.

Pemimpin yang terbentuk3 dari cara ini tidak akan banyak dan cenderung berbeda (outstanding). Natural adalah sifat pembeda pertama. Tidak ada kepemimpinan yang terlalu dibuat-buat (akting) karena memimpin seakan akan menyatu dengan dirinya. Kedua, pemimpin ini mencintai pekerjaannya karena memilih dengan tulus untuk menjadi pemimpin. Ketika seseorang mencintai pekerjaannya maka tidak ada kata bosan yang akan tercipta. Ketiga, pemimpin ini sudah biasa terjun ke masyarakat, mengenal medan yang akan dihadapi, karena terbentuk tanpa paksaan di masyarakat itu sendiri. Jadi pemimpin ini akan terbiasa dengan tantangan, mencintai apa yang dilakukan, dan tidak perlu berakting. Lalu apa yang kurang?

Hanya satu hal yang kurang, yaitu selesaikan membaca tulisan ini dan Katakan; ‘Jangan Menjadi Pemimpin!’



1Menurut penulis, semua orang kelak akan menjadi pemimpin. Akan tetapi hal yang membedakannnya adalah tanggung jawab yang diemban. Seorang pemimpin yang mampu mengemban banyak tanggung jawab dengan seseimbang mungkin dan mampu menjawab tantangan masa depanlah yang dimaksud pemimpin masa depan (future leader) dalam tulisan ini.
2 Walaupun penulis berpendapat bahwa sangat kecil kemungkinannya semua orang akan menjadi pemimpin masa depan, akan tetapi tema We Are The Future Leader dalam lomba ini adalah sebuah visi yang harus tetap diusahakan.

3Makna awalan ter- dalam suatu kata biasanya bermakna tidak sengaja. Contoh, saya terjatuh karena tidak hati-hati sewaktu berjalan. Kalimat ini memiliki arti bahwa dia tidak sengaja terjatuh karena tidak berhati-hati ketika berjalan.

1 komentar:

  1. you always put a great things in your writing gus, It's Excelent XD
    (sakewaleragesingjebesnuningapeanekaogaeene) :D
    wait for your next post. if it is possible :D

    BalasHapus

Silahkan berkomentar